PENERAPAN METODE PETA
KONSEP
TERHADAP PENINGKATAN
HASIL BELAJAR SISWA
IPA di MTs NEGERI 1
CIREBON KOTA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mandiri
Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas
Dosen Pengampu
: Kartimi , M. Pd.
Edi
Candra S.Si
M.A
Di susun oleh :
ANDRI
58461205
Tarbiyah / IPA Bio .B / VII
KEMENTRIAN AGAMA
REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI ( IAIN ) SYEKH NURJATI
CIREBON
2011
KATA PENGANTAR
Puji
dan Syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Rabbi yang telah merahmati kami
rahmat Iman, Islam, dan kesehatan sehingga kami mampu menyelesaikan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam
waktu yang relatif singkat dengan tanpa mengalami hambatan dan rintangan yang
berarti. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan pada baginda Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya sampai
akhir zaman.
Laporan ini dibuat dalam bentuk
tertulis sederhana, yang disajikan sebagai bahan evaluasi akhir dari kegiatan PTK yang telah kami laksanakan di MTs Negeri
Cirebon 1. Laporan ini juga dimaksudkan untuk memenuhi syarat dan tugas
perkuliahan di semester VII.
Dalam pelaksanaanya kami menemukan
beberapa hambatan kecil baik operasional maupun nonoperasional. Namun atas
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan
laporan ini sebagaimana mestinya.
Pada
keseempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada yang kami hormati:
1.
Ibu Kartimi , M. Pd dan Bapak Edi Candra S.Si M.A
2.
Bapak Drs. Darmo AD selaku Kepala sekolah MTs Negeri
Cirebon 1.
3.
Bapak Akmal selaku Wakil kepala sekolah bidang
kurikulum MTs Negeri Cirebon 1.
4.
Ibu D.Qonita
Ma’moen S.Ag guru pamong mata pelajan IPA
5.
Siswa-Siswi MTs
Negeri Cirebon 1.
6.
Rekan-rekan seperjuangan dan semua pihak yang telah
membantu kami dalam penyusunan dan pelaksanaan PTK ini yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu.
Selanjutnya
kami merasa bahwa laporan tugas ini masih jauh dari sebuah kesempurnaan, oleh
karena itu kami sangat menunggu saran dan kritik yang konstruktif untuk
dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi kami untuk lebih baik dalam
penyusunan laporan yang selanjutnya.
Cirebon, November 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN N
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................2
B. Perumusan dan Pemecahan Masalah................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................. 3
D. Manfaat Hasil Penelitian.................................................................................... 3
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori....................................................................................................... 4
B. Kerangka Berfikir........................................................................................ ..11
C. Hipoteis Tindakan............................................................................................ 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................................... 13
B. Subjek Penelitian.............................................................................................. 13
C. Sumber Data..................................................................................................... 13
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data................................................................ 14
E. Analisa Data..................................................................................................... 14
F. Prosedur Penelitian........................................................................................... 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan Pembahahan ..........................................................................................17
BAB
V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan
Saran..........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN........................................................................................................
PENERAPAN METODE PETA
KONSEP
TERHADAP PENINGKATAN
HASIL BELAJAR SISWA
IPA di MTs NEGERI 1
CIREBON KOTA
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memperlukan
usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu
bangsa demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia
menaruh harapan besar terhadap pendidik dalam perkembangan masa depan bangsa
ini, karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus
dibentuk.
Setiap guru menginginkan proses
pembelajaran yang dilaksanakannya meyenangkan dan berpusat pada siswa. Siswa
antusias mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan atau memberikan
pendapat, bersorak merayakan keberhasilan mereka, bertukar informasi dan saling
memberikan semangat. Dan tujuan akhir dari semua proses itu adalah
penguasaan konsep dan hasil belajar yang memuaskan.
Terkait dengan mutu pendidikan khususnya
pendidikan madrasah tsanawiyah sampai
saat ini masih jauh dan apa yang kita harapkan. Hasil ulangan harian siswa
tidak mencapai ketuntasan hal ini dikeluhkan oleh semua para pendidik bahkan oleh orang – orang tua siswa
sendiri, karena anak atau siswanya tidak dapat lulus atau tuntas dalam bidangb
study IPA. Melihat kondisi
rendahnya hasil belajar siswa tersebut beberapa upaya dilakukan salah satunya
adalah penerapan metode peta konsep
Dengan penerapan metode peta konsep kepada
siswa diharapkan siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya, sehingga
terjadi pengulangan dan penguatan terhadap meteri yang diberikan di sekolah
dengan harapan siswa mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
B. Perumusan
dan Pemecahan Masalah
1. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan
sebagaimana tersebut didepan, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam
proposal ini adalah :
Apakah melalui metode peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa kelas VIII MTs N 1 Cirebon Kota ?
Apakah melalui metode peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa kelas VIII MTs N 1 Cirebon Kota ?
2.
Pemecahan Masalah
Masalah tentang
siswa MTs N 1 Cirebon Kota dalam meningkatkan hasil belajar siswa dipecahkan
dengan menggunakan peta konsep
3.
Hipotensis yang diajukan dalam proposal penelitian ini
adalah :
“Melalui Metode Peta Konsep Dapat Meningkatan Hasil Belajar Ipa Bagi Siswa Kelas VIII E di MTs Negeri 1 Cirebon Kota”
“Melalui Metode Peta Konsep Dapat Meningkatan Hasil Belajar Ipa Bagi Siswa Kelas VIII E di MTs Negeri 1 Cirebon Kota”
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Tujuan peneliti yang diharapkan dari penelitian
ini menjadi masukan bagi guru dan siswa untuk meningkatkan belajar.
2.
Tujuan Khusus
Adapaun tujuan khusus dari penelitian ini :
“Untuk mengetahui apakah Melalui Metode Peta
Konsep Dapat Meningkatan Hasil
Belajar Ipa Bagi Siswa Kelas VIII E di
MTs Negeri 1 Cirebon Kota.”
D.
Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
:
1. MTs Negeri 1 Cirebon Kota
Dengan hasil penelitian ini diharapkan MTs Negeri 1
Cirebon Kota dapat lebih meningkatkan penerapan peta konsep agar
prestasi belajar siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada pelajaran
lain.
2.
Guru
Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan
mutu pendidikan di kelasnya.
3.
Siswa
Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk menerapkan peta
konsep dalam rangka meningkatkan
prestasi belajarnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Pengertian Belajar Mengajar Belajar
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang
belajar maka responya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak belajar
responya menjadi menurun sedangkan menurut Gagne belajar adalah seperangkat
proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi limgkungan, melewati pengolahan
informasi, menjadi kapasitas baru ( Dimyati, 2002-10). Sedangkan menurut kamus
umum bahasa Indonesia belajar diartikan berusaha ( berlatih dsb )supaya
mendapat suatu kepandaian ( Purwadarminta : 109 )Belajar dalam penelitian ini
diartikan segala usaha yang diberikan olh guru agar mendapat dan mampu
menguasai apa yang telah diterimanya dalam hal ini adalah pelajaran IPA
Adalah suatu bentuk perubahan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dalam bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan
latihan yang diperoleh (Mudjiono dan Dimyati, 2007). Pendapat yang sama
disampaikan Gagne (dalam Hasbullah, 2006) yang menyatakan belajar adalah suatu
proses yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku pada suatu organisme
sebagai akibat pengalaman. Tingkah laku yang baru itu misalnya tidak tahu
menjadi tahu, timbulnya pengertian-pengertian baru, perubahan dalam sikap dan
karakter, kebiasaan-kebiasaan, ketrampilan, kesanggupan menghargai orang lain,
perkembangan-perkembangan sikap sosial, emosional, dan pertumbuhan jasmaniah.
Dalam belajar, individu membutuhkan orang lain yang bertindak sebagai pengajar,
yaitu seseorang yang menyampaikan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya
kepada individu yang belajar (siswa). Mengajar merupakan usaha kegiatan
mengorganisasikan lingkungan dalam hubungannya dengan siswa dan bahan
pengajaran sehingga menimbulkan proses belajar pada diri siswa (Zain. dkk,
2006). Dalam pengertian ini guru dituntut untuk dapat berperan sebagai
organisator kegiatan belajar siswa, yang mampu memanfaatkan lingkungan, baik di
dalam kelas maupun di luar kelas. Jika dilihat dari individu yang belajar,
proses belajar bersifat intern, sedangkan proses pembelajaran bersifat ekstern
(datang dari luar diri) yang sengaja dirancang dan bersifat rekayasa. Dengan
demikian, dalam tulisan ini mengajar
tidak diartikan sempit sebagai penyampaian pengetahuan atau pengalaman yang
dimiliki guru kepada siswa, tetapi kegiatan pengajaran diidentikkan dengan
pembelajaran. Pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa. Dengan
kata lain, pembelajaran adalah kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan
pendekatan yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan
(Mudjiono dan Dimyati, 2006)
a. Prestasi
Belajar.
Prestasi belajar berasal dari kata “ prestasi “ dan “belajar’ prestasi
berarti hasil yang telah dicapai (Depdikbud, 1995 : 787 ). Sedangkan pengertian
belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau lmu (Depdikbud, 1995 : 14 ).
Jadi prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai atau angka
yang diberikan oleh guru. Prestasi dalam penilitian yang dimaksudkan adalah
nilai yang diperoleh oleh siswa pada mata pelajaran matematika dalam bentuk
nilai berupa angka yang diberikan oleh guru kelasnya setelah melaksanakan tugas
yang diberikan padanya
Hasil
belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi
terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan
dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa. (Muslihati 2005)Menurut Woordworth
(dalam Ismihyani 2000), hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari proses belajar. Woordworth juga mengatakan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung. Hasil pengukuran
belajar inilah akhirnya akan mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan
pengajaran yang telah dicapai. Bloom merumuskan hasil belajar sebagai perubahan
tingkah laku yang meliputi domain (ranah) kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotorik. (Winkel dalam
Ismiyahni 2000).
Dalam
ranah kognitif , hasil belajar tersusun dalam enam tingkatan. Enam tingkatan
tersebut ialah, (1) Pengetahuan atau ingatan, (2) Pemahaman,(3) Penerapan, (4)
Sintesis, (5) Analisis dan (6) Evaluasi.
Adapun
ranah psikomotorik terdiri dari lima tingkatan yaitu, 1) Peniruan (menirukan
gerak), 2) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak), 3) Ketepatan
(melakukan gerak dengan benar), 4) Perangkaian (melakukan beberapa gerakan
sekaligus dengan benar), 5) Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).
Sedangkan
ranah afektif terdiri dari lima tingkatan yaitu, 1) Pengenalan (ingin menerima,
sadar akan adanya sesuatu), 2) Merespon (aktif berpartisipasi), 3) Penghargaan
(menerima nilai-nilai, setia pada nilai-nilai tertentu), 4)
Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercaya) dan 5)
Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup).
Secara
formal belajar dapat di definisikan sebagai tingkah laku yang dikaitkan dengan
kegiatan sekolah. Belajar merupakan fisik atau badaniah yang hasilnya berupa
perubahan-perubahan dalam fisik itu, misalnya, dapat berlari, mengendarai,
berjalan, dan sebagainya. Belajar selain merupakan aktivitas fisik juga
merupakan kegiatan rohani atau psikis.
Belajar
tidak hanya mengenai bidang intelektual, akan tetapi mengenai seluruh pribadi
anak. Perubahan kelakuan karena mabuk bukanlah hasil belajar. Pendapat lain
mengatakan bahwa belajar merupakan bentuk pertumbuhan dan perkembangan dalam
diri seorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat
pengalaman dan latihan. Seorang dikatan belajar apabila di asumsikan dalam diri
seorang tersebut mengalami suatu proses kegiatan belajar yang mengakibatkan
suatu perubahan tingkah laku.
Dijelaskan
pula bahwa belajar adalah suatu kegiatan dimana seseorang menghasilkan atau
membuat suatu perubahan tingkah laku yang ada dalam dirinya dalam pengetahuan,
sikap dan ketrampilan, sudah barang tentu tingkah laku tersebut adalah tingkah
laku yang positif artinya mencari kesempurnaan hidup. Belajar itu sendiri
terdiri dari berbagai tipe yaitu: (1) menghafal dalam pelajaran dengan sedikit
tanpa memahami artinya, misalnya rumus-rumus matematika; (2) memperoleh
pengertian-pengertian yang sederhana, seperti kenyataan empat di tambah lima
semua berjumlah sembilan; (3) menemukan dan memahami hubungan yang menghendaki
respon-respon logis dan benar-benar psikologis. Memahami beberapa konsep yang
dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar bahwa belajar
merupakan kegiatan fisik dan badaniah yang akan mengubah tingkah laku seseorang
yang di dapat dari hasil pengalaman dan latihan yang bersifat positif.
Hasil
belajar pada dasarnya adalah hasil yang dicapai dalam usaha penguasaan materi
dan ilmu penegetahuan yang merupakan suatu kegiatan yang menuju terbentuknya
kepribadian seutuhnya. Melalui belajar dapat diperoleh hasil yang lebih baik. Belajar
berarti mengubah tingkah laku. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh
Suhardiman (1988) bahwa belajar adalah mengubah tingkah laku. Belajar akan
membantu terjadinya suatu perubahan pada diri individu yang belajar.
Perubahan
itu tidak hanya dikaitkan dengan perubahan ilmu pengetahuan, melainkan juga
berbentuk percakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak
dan penyesuaian diri. Belajar menyangkut segala aspek organisme dan tingkah
laku pribadi seseorang, prestasi belajar pada hakekatnya merupakan hasil dari
belajar sebagai rangkaian jiwa raga. Psikofisik untuk menuju perkembangan
pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, dan
karsa, ranah kognitif, efektif dan prestasi motorik.
b.Teori Belajar Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme merupakan salah
satu teori belajar dalam psikologi pendidikan. Secara sederhana konstruktivisme
beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan konstruksi (bentukan) dari sesuatu
yang diketahui. Penganut konstruktivisme berpendapat bahwa guru tidak dapat
begitu saja memberikan pengetahuan kepada siswanya. Belajar tidak hanya meniru
atau mencerminkan apa yang diajarkan atau yang dibaca, melainkan menciptakan
pengertian (Bettencourt dalam Suparno, 2001). Bagi kaum konstruktivis, mengajar
bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, melainkan suatu
kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar
berarti partisipasi dengan pelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat makna,
mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Agar
pengetahuan yang diberikan bermakna, siswa sendiri yang harus memproses
informasi yang diterima, menstrukturnya kembali dan mengintegrasikannya dengan
pengetahuan yang dimilikinya. Adapun prinsip-prinsip konstruktivisme menurut
Suparno (2001) adalah sebagai berikut :1. Pengetahuan dibangun oleh siswa
secara aktif 2. Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa 3. Mengajar
adalah membantu siswa belajar 4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses
bukan pada hasil akhir 5. Kurikulum menekankan partisipasi siswa. 6. Guru
adalah fasilitator. Berdasarkan prinsip-prinsip diatas, maka belajar adalah
suatu kegiatan siswa secara aktif, dimana siswa membangun sendiri
pengetahuannya dari hasil belajar yang dilakukan baik secara pribadi maupun
sosial.
c. Strategi Peta Konsep
Pengertian
Peta Konsep Peta konsep
adalah suatu gambar (visual) yang tersusun atas
konsep- konsep yang saling berkaitan sebagai hasil dari pemetaan konsep.
Menurut Novak (dalam Kadir, 2007), pemetaan konsep adalah suatu proses yang
melibatkan identifikasi konsep-konsep dari suatu materi pelajaran dan
pengaturan konsep-konsep tersebut dalam suatu hirarki, mulai dari yang paling
umum, kurang umum dan konsep-konsep yang lebih spesifik. Peta konsep digunakan
untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk
proposisi-proposisi. Proposisi merupakan dua atau lebih konsep yang dihubungkan
oleh kata-kata dalam suatu unit semantik (Muhaemin, 2006). George Posner dan
Alan Rudnitsky (dalam Busan, 2007) menyatakan bahwa peta konsep mirip peta
jalan, namun peta konsep menaruh perhatian pada hubungan antar ide-ide, bukan hubungan
antar tempat. Peta konsep bukan hanya meggambarkan konsep-konsep yang penting
melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep itu. Dalam menghubungkan
konsep- konsep itu dapat digunakan dua prinsip, yaitu diferensiasi progresif
dan penyesuaian integratif. Menurut Ausubel dalam Hudojo et al (2002)
diferensiasi progresif adalah suatu prinsip penyajian materi dari materi yang
sulit dipahami. Sedang penyesuaian integratif adalah suatu prinsip
pengintegrasian informasi baru dengan informasi lama yang telah dipelajari
sebelumnya. Oleh karena itu belajar bermakna lebih mudah berlangsung, jika
konsep-konsep baru dikaitkan dengan konsep yang inklusif. Menurut Muhaemin
(2006), penggunaan peta konsep dalam pendidikan dapat diterapkan untuk berbagai
tujuan, antara lain: (a) Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa, (b)
Menyelidiki cara belajar siswa, (c) Mengungkapkan konsepsi yang salah pada
siswa, dan (d) Alat evaluasi. Di samping itu menurut Magno (dalam Kadir, 2007),
peta konsep dapat digunakan sebagai rangkuman dari suatu materi pelajaran untuk
siswa, sebagai petunjuk dari guru selama interaksi di kelas, atau sebagai
petunjuk bagi siswa tentang konsep-konsep utama dan konsep-konsep baru yang
harus dipelajari. Pemahaman siswa dalam menentukan hubungan keterkaitan antara
satu konsep dengan konsep yang lain saling berhubungan akan sangat membantu
siswa dalam mempelajari materi bahan kimia dalam keseharian. Ciri-ciri peta
konsep menurut Dahar yang dikutip Erman dalam Trianto (2007) sebagai berikut:
Peta
konsep (pemetaan konsep)
adalah
suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu
bidang studi, apakah itu bidang studi fisika, kimia, biologi, matematika dan
lain-lain. Dengan membuat sendiri peta konsep siswa “melihat” bidang studi itu
lebih jelas, dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna. 2) Suatu peta
konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi atau suatu
bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang memperlihatkan hubungan-hubungan
proposisional antara konsep-konsep. Hal inilah yang membedakan belajar bermakna
dari belajar dengan cara mencatat pelajaran tanpa memperlihatkan hubungan
antara konsep- konsep. 3) Dalam peta konsep, untuk menyatakan hubungan antara
konsep-konsep, tidak semua konsep memiliki bobot yang sama. Ini berarti bahwa
ada beberapa konsep yang lebih inklusif dari pada konsep-konsep lain. 4) Peta
konsep bersifat hirarki. Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu
konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep
tersebut. b. Jenis-jenis Peta Konsep Menurut Nur (2000) dalam Trianto (2007)
peta konsep ada empat macam yaitu: pohon jaringan (network tree), rantai
kejadian (events chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta
konsep laba-laba (spider concept map).
Pohon Jaringan. Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan
beberapa kata lain dihubungkan oleh garis penghubung. Kata-kata pada garis
penghubung memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pada saat mengkonstruksi
suatu pohon jaringan, tulislah topik itu dan daftar konsep-konsep utama yang
berkaitan dengan topik itu. Daftar dan mulailah dengan menempatkan ide-ide atau
konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum ke khusus. Cabangkan konsep-konsep
yang berkaitan itu dari konsep utama dan berikan hubungannya pada garis-garis
itu. Pohon jaringan cocok digunakan untuk memvisualisasikan sesuatu yang menunjukan
informasi sebab-akibat, hirarki, prosedur yang bercabang, istilah-istilah yang
berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan- hubungan. 2) Rantai
Kejadian. Peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memberikan suatu
urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam
suatu proses. Misalnya dalam melakukan eksperimen. Rantai kejadian cocok
digunakan untuk memvisualisasikan tahap-tahap suatu proses, langkah-langkah
dalam suatu prosedur serta suatu urutan kejadian 3) Peta Konsep Siklus Dalam
peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil akhir.
Kejadian akhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal.
Seterusnya kejadian akhir itu menhubungkan kembali ke 20 kejadian awal siklus
itu berulang dengan sendirinya dan tidak ada akhirnya. Peta konsep siklus cocok
diterapkan untuk menunjukan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian
berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang-ulang. 4)
Peta Konsep Laba-laba Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah
pendapat. Dalam melakukan curah pendapat ide-ide berasal dari suatu ide
sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk.
Banyak dari ide-ide tersebut berkaitan dengan ide sentral namun belum tentu
jelas hubungannya satu sama lain. Kita dapat memulainya dengan memisah-
misahkan dan mengelompokkan istilah-istilah menurut kaitan tertentu, sehingga
istilah itu menjadi lebih berguna dengan menuliskannya di luar konsep utama.
Peta konsep laba-laba cocok digunakan untuk memvisualisasikan sesuatu yang
tidak menurut hirarki kecuali berada dalam suatu kategori, kategori yang tidak
paralel serta hasil curah pendapat c. Manfaat Peta Konsep Dalam Pembelajaran
Pembelajaran dengan menggunakan peta konsep mempunyai banyak manfaat
diantaranya menurut Ausubel dalam Hudojo et al (2002) menyatakan dengan
jaringan konsep yang digambarkan dalam peta konsep, belajar menjadi bermakna
karena pengetahuan/informasi “baru” dengan pengetahuan terstruktur yang telah
dimiliki siswa tersambung sehingga menjadi lebih mudah terserap siswa.
B.Kerangka Berfikir
Dalam
kegiatan belajar mengajar dikelas ketika seorang guru itu memperhatikan kendala
apa yang dialami dalam kesulitan belajar terhadap hasil belajar siswanya, yang
mana seorang guru itu mengidentifikasi kesulitan belajat siswa baik dari cara
guru dalam penyampaian materi didalam proses belajar mengajar dimana apakah ada
respon dari siswa yang aktif atau pasif jika siswa itu pasif berate
ada kesulitan belajar didalamnya yang mana akan mengakibatkan hasil belajar
menurun. Dari sinilah kita bisa melihat factor apa yang menyebabkan siswa
mangalami kesulitan belajar apakah dari dirinya sendri, pihak guru dalam
penyampaian materi atau dari factor lain. Kemudian kita cari cara menanggulangi
kesulitan belajar dengan melakukan strategi, metode belajar dan penggelolaan
kelas salah satunya penerapan metode
peta konsep untuk meningkatkan hasil belajar siswa .
Dalam
kegiatan belajar Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta
didik, tetapi harus dilatih menjadi fasilitaotor yang bertugas memberikan kemudahan
belajar kepada seluruh peserta didik , agar mereka dapat belajar dalam suasana
yang menyenangkan,penuh semangat,tidak cemas dan berani mengemukakan pendapat
secara terbuka (E.Mulasa,2004).
Hasil belajar berfungsi sebagai
evaluasi, timbale balik dari proses pembelajaran yang telah dilakukan antara
guru siswa dan pihak-pihak yang terkait, hasil belajar ini mencakup aspek
kognitif,afektif dan psikomotor. Untuk merncapai hasil belajar yang baik ada
beberapa factor yang mempengaruhi belajar, ada tiga factor yang mempengaruhi
belajar yaitu factor internal siswa, factor eksternal sisiwadan factor
pendekatan pembelajarn yang digunakan guru dalam pembelajara ( Muhibin Syah.2003)
C. Hipotesis Tindakan
Untuk memecahkan masalah yang diuraikan dalam
rumusan masalah diatas, maka dilakukan tindakan melalui teknik penerapan metode
peta konsep , sehingga hipotesis
tindakan yang diajukan adalah penerapan metode peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar siswa
terhadap pelajaran IPA
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
penelitian
Dalam penilitian ini penulis mengambil lokasi
di MTs
Negeri 1 Cirebon Kota, Kecamatan
Kejaksan Kota Cirebon penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan praktek pengalaman
lapangan disekolah tersebut,
sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek
penlitian yang sangat sesuai.
2.
Waktu Penelititan
Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis
menentukan menggunakan waktu penelitian selama tanggal 17 oktober - 20
november 2011 .
B.
Subjek Penelitian
Subyek dalam peniltian ini adalah siswa kelas
VIII
E MTs Negeri 1 Cirebon Kota Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon jumlah siswa 41 orang.
Pertimbangan penulis mengambil subyek penilitian tersebut dimana siswa
Pertimbangan penulis mengambil subyek penilitian tersebut dimana siswa
kelas VIII E memliki hasil belajar yang masih ada sebagian
siswa yang belum tuntas dalam hasil belajar IPA sehingga perlu upaya untuk
mengatasi hal tersebut.
C. Sumber
Data
Jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data utama
Sumber utama data adalah hasil belajar siswa .
Sutrisno Hadi mendenifisikan variabel sebagai
gejala yang bervariasi. Gejala adalah objek peenelitian, sehingga variabel
adalah objek penelitian yang bervariasi. Jadi variabel adalah penelitian, atau
apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian
Ada dua hal yang menjadi objek penelitian dalam
Penelitian Tindakan kelas ini, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
1. Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang tergantung atau Variabel yang tidak bebas dan sebagai
variabel akibat. Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini yang menjadi variabel
terikat adalah hasil belajar IPA
2. Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi atau disebut juga variabel sebab. Dalam penelitian ini yang manjadi variabel bebas yaitu Penerapan Metode Peta Konsep
2. Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi atau disebut juga variabel sebab. Dalam penelitian ini yang manjadi variabel bebas yaitu Penerapan Metode Peta Konsep
D.
Teknik dan Alat Pengumpul Data
1.
Alat pengumpulan Data
a.
Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah siswa
b.
Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu hasil
belajar siswa
E.
Analisis Data
Analisis data adalah proses pengorganisasian
dan pengurutan data dalam pola, kategori, dan uraian dasar sehingga akan dapat
ditentukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan
oleh data (Lexy J. Moleong, 1993 ). Analisis data dalam karya ilmiah ini
dilakukan dengan cara manguji, menyesuaikan, dan mengkatagorikan data dengan
teori yang ada dalam telaah pustaka
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
model Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari dua silkus.Perencanaan
merupakan refleksi awal berdasarkan hasil studi pendahuluan adapun tahapan yang
dilakukan dalam perencanaan ini yaitu sebagai berikut :
Langkah – langkah dalam siklus terdiri :
Siklus
I
1. Perencanaan Umum. Membuat desain
pembelajaran IPA dengan menggunakan Penerapan
Metode Peta Konsep yang mungkin tumbuh dan berkembangnya sikap
senang mengikuti pembelajaran.
b. Simulasi pembelajaran berdasarkan pada
desain pembelajaran
c. Revisi desain pembelajaran berdasarkan masukan dari simulasi
d. Menyusun instrument
c. Revisi desain pembelajaran berdasarkan masukan dari simulasi
d. Menyusun instrument
2. Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama ini,
diawali dengan mengkondisikan kelas dengan apersepsi dan penjajagan kemampuan
awal siswa sekaligus sebagai motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Tahap ini merupakan implementasi dari
perencanaan yang telah disimulasikan dan revisi, yaitu penggunaan srategi
pembelajaran ini menitikberatkan pada penumbuhan sikap senang mengikuti proses
belajar dengan menggunakan Penerapan Metode Peta Konsep yang dapat meningkatkan hasil
belajar IPA.
Tahapan berikutnya adalah untuk memberikan informasi singkat tenteng materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Selanjutnya guru merumuskan permasalahan.
Tahapan berikutnya adalah untuk memberikan informasi singkat tenteng materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Selanjutnya guru merumuskan permasalahan.
3. Pengamatan /Observasi
Tahap observasi dilakukan bersamaan dengan
tahapan tindakan, guru penelitian sebagai penyampai materi. Dalam tahap ini
dilakukan pula pengumpulan data-data setiap tindakanyang dilakukan guru dan
siswa akan diamati oleh observer yaitu penelitian dan teman sejawat dengan
menggunakan pedoman pengamat. Dalam hal ini menggunakan lembaran penelitian yang
telah disediakan.
4. Refleksi
4. Refleksi
Tahap ini berisi diskusi dari peneliti, guru
maupun observer. Materi diskusi berisi menitikberatkan tentang kelebihan dan
kekurangan tindakan, sekaligus menentukan sikap yang harus dilakukan untuk
silkus selanjutnya. Pada tahapan ini juga diadakan analisis data, untuk
mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan sehingga dapat ditentukan
apakah diperlukan silkus berikutnya atau tidak.
Siklus ini ternyata belum mampu menjawab tujuan
penelitian tindakan kelas, karena Penerapan Metode Peta Konsep masih merupakan hal baru sehingga siswa masih
merasa asing media yang disajikan guru/peneliti bukan pada materi yang
disampaikan oleh guru/peneliti. Namun siswa sudah menunjukkan keberanian untuk
bertanya tentang media. Mulai dari nama media, bagaimana menggunakannya dan
jika guru/peneliti tidak memperhatikan, siswa mencoba untuk memegang. Bahkan
ada diantara siswa yang mencoba membuat Penerapan Metode Peta Konsep dimengerti menurut mereka. Hal inipun sudah menunjukan suatu perubahan
dalam pembelajaran.
Silkus I belum dikatakan berhasil karena belum
menjawab permasalahan, sehingga masih diperlukan silkus selanjutnya yaitu
silkus II.
Siklus II
Siklus II
Siklus ini dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 4 x 40 menit untuk sakali pertemuan.
1) Perencanaan Berangkat
dari temuan faktual siklus I yang dibahas dalam analisis dan refleks, maka
perencanaan pada siklus II ini pada dasarnya hanya menyempurnakan siklus I
perbedaan yang dapat dikemukakan adalah bahwa siklus II, observer dapat
memperoleh laporan hasil pengamatan secara utuh.
Pada tahap perencanaan ini, Guru /peneliti membuat perangkat pembelajaran sebagaimana siklus I
Pada tahap perencanaan ini, Guru /peneliti membuat perangkat pembelajaran sebagaimana siklus I
2) Tindakan
Tindakan pada siklus II dilakukan sesuai dengan
rancangan pembelajaran yaitu pada rencana mengajar harian, seperti yang
dilakukan pada siklus I juga menggunakan model pemberian tugas pekerjaan rumah.
Tetapi, pada siklus II akan dilakukan perbaikan untuk lebih meningkatkan hasil
yang didapat pada siklus I
3) Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada setiap perubahan
perilaku yang di alami oleh siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung
dengan membuat catatan penting yang dapat dipakai sebagai data penelitian.
Sebagaimana pada siklus I, pengamatan dilakukan pula terhadap proses mengajar
dengan menggunakan pedoman pengamatan.
4) Refleksi
Setelah melakukan tindakan dan
pengamatan peneliti kembali melakukan refleksi terhadap hasil yang didapat pada
tahap sebelumnya pada siklus II.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
SIKLUS I
Perencanaan
Untuk
mendukung terlaksananya Penelitian Tindakan Kelas ini, dibuatlah segala sesuatu
yang diperlukan seperti: Perangkat
pelaksanaan Pembelajaran (RP) dengan model pembelajarn numbered head together, peta konsep sistem pencernaan, dan beberapa
instrument pendukung seperti: tes
soal latihan.
Tindakan
Pembelajaran dilaksanakan
mencakup semua aspek pengetahuan
(kongnitif,afektif dan psikomotor) Pengajaran dimulai dari kegiatan, Kegiatan pendahuluan Kegiatan inti , Konfirmasi dan Kegiatan Penutup
Perlakuan
dengan penerapan metode peta
konsep dilakukan
pada saat kegiatan inti menggunakan
model diskusi numbered head togehter seperti langkah-langkah berikut: Siswa Dan Siswi Dibagi Dalam lima Kelompok ,
Setiap Ketua Kelompok Mendapatkan Nomor, Guru Memberikan
Tugas(Mengamati gambar organ pencernaan ) Dan Masing-Masing Kelompok
Mengamatinya, Masing-masing Kelompok Mendiskusikannya Dan Memastikan Tiap
Anggota Mengerjakannya/Mengetahuinya Dengan Arahan Dari Guru, Guru
Memanggil salah satu nomor dari lima
kelompok untuk mempresentasikannya didepan Tanggapan Dari Kelompok Lain
Dan Guru Memberikan Penguatan Terhadap Hasil Presentasi Kelompok yang maju
Perlakuan
penerapan metode peta konsep dalam siklus pertama
ini diberikan untuk dua kali pertemuan, dengan pokok bahasan Sistem pencernaan manusia dan hubungannya dengan
kesehatan
Selama perlakuan berlangsung, kolaborator
mengobservasi kegiatan pembelajaran dengan menggunakan mencatat segala sesuatu yang terjadi selama
pembelajaran berlangsung. Temuan-temuan yang didapatkan dicatat dalam selembar catatan lapangan. Setelah dua kali pertemuan berlalu,
dilakukanlah tes I untuk mengukur kemampuan siswa dalam apsek kongnitif yaitu hasil belajar selama proses
kegiatan pembelajaran dikelas.
Pengamatan
Dari hasil pengamatan yang
dilakukan kolaborator, didapatkan data bahwa selama siklus pertama berlangsung
ada beberapa sebagian anak (10 siswa
) tidak memperhaatikan pembelajaran dan tidak menulis peta
konsep yang disajikan oleh guru (5 siswa), pada pertemuan kedua jumlah dari sebagian murid yang tidak
memeperhatikan pembelajaran dikelas dan yang tidak menulis peta konsep yang
disajikan berkurang menjadi (5 siswa ). Dan (2 siswa )
Untuk melihat lebih jauh
keefektivan penerapan metode peta konsep dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran IPA, maka diadakan test 1, dengan hasil sebagai berikut:
siswa yang nilainya yang belum
tuntas dari KKM yaitu 6 sebanyak 17 siswa dari 41 siswa (41%) .dan yang lulus sebanyak 24 siswa dari 41 siswa (59 %) dengan nilai
rata-rata siswanya 6.
Refleksi
Siklus ini ternyata belum mampu menjawab tujuan
penelitian tindakan kelas, karena Penerapan Metode Peta Konsep masih merupakan hal baru sehingga siswa masih
merasa asing media yang disajikan guru/peneliti bukan pada materi yang
disampaikan oleh guru/peneliti. Namun siswa sudah menunjukkan keberanian untuk
bertanya tentang media. Mulai dari nama media, bagaimana cara membuatnya dan siswa mencoba untuk memegang. Bahkan ada diantara siswa yang mau mencoba membuat Penerapan Metode Peta
Konsep yang dimengerti menurut mereka. Hal inipun sudah
menunjukan suatu perubahan dalam pembelajaran.
Silkus I belum dikatakan berhasil karena belum
menjawab permasalahan, sehingga masih diperlukan silkus selanjutnya yaitu
silkus II.
SIKLUS II
Perencanaan
Sebelum
siklus kedua dilaksanakan, ada beberapa hal yang perlu disiapkan, antara lain:
Rencana Pengajaran dengan Model Pembelajaran Pembelajaran langsung dan kooperatif. peta konsep dan soal latihan
Pelaksanaan
Berdasarkan hasil refleksi
pada siklus pertama, maka pada siklus kedua diberikan penera[an peta konsep pada kegiatan inti dimana
pada kegiatan awal guru meberikan pengarah kepada siswa untuk fokus
memperhatikan pembelajarn dikelas dan mencatat peta konsep yang disajikan
didepan kelas.Kegiatan
Pendahuluan a.
Motivasi : Membuka pelajaran dengan
salam,Mengabsen siswa –
siswanya,Melakukan apersepsi kenapa
orang hamil yang ada di mobil elp menutup hidungnya ketika ada orang yang
merokok
Kegiatan
Inti eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: Siswa dapat mengidentifikasi
organ penyusun sistem pernafasan pada manusia
Siswa dapat membandingkan inspirasi dan ekspirasi pada pernafasan dada dan
perut, melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam
takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber; menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran,
dan sumber belajar lain; memfasilitasi
terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya; melibatkan
peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan memfasilitasi peserta didik melakukan
percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
§
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru: Siswa
melakukan percobaan tentang inspirasi dan ekspirsi dilanjutkan diskusi organ
penyusun sistem pernafasan manusia dengan bimbingan guru ,memfasilitasi peserta didik dalam
pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; memfasilitasi
peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
§ Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru: Guru
bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diktahui siswa dan Guru
bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan
penguatan dan penyimpulan
Siklus kedua ini dilakukan
untuk 2 kali perternuan
dengan pokok bahasan Sistem
pernafasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan., maka diadakan
tes 2 untuk dibandingkan dengan hasil test 1 sehingga dihasilkan beberapa
perubahan atau peningkatan.
Pengamatan
Dari hasil
observasi selama siklus kedua, didapatkan data diantaranya pada pertemuan
pertama, beberapa sebagian anak (3
siswa ) tidak memperhaatikan pembelajaran dan tidak menulis peta konsep yang disajikan oleh guru (1 siswa), pada pertemuan
kedua semua siswa-siswi
memeperhatikan pembelajaran dikelas dan semua siswa-siswi menulis peta konsep
yang disajikan oleh guru.
Untuk
melihat lebih jauh keefektivan penerapan metode peta konsep dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran IPA, maka diadakan test 2, dengan hasil sebagai berikut: siswa yang nilainya yang belum tuntas dari KKM yaitu 6 sebanyak 5 siswa
dari 41 siswa (12%) .dan yang lulus sebanyak
36 siswa dari 41 siswa (88 %) dengan
nilai rata-rata siswanya 7,2.
Refleksi
Dari hasil
observasi selama siklus dua berlangsung, didapatkan kondisi berikut ini:
pembelajaran berjalan lebih menyenangkan dan lebih variatif, siswa semakin
antusias dalam pembelajaran dikelas.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data yang
telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode peta konsep dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran IPA.
penerapan metode peta konsep dapat juga meningkatkan gairah
belajar dan menjadikan siswa lebih
semangat belajar IPA.
Respon siswa terhadap pembelajaran Biologi yang mengintegrasikan kuis ke
dalam model pembelajaran kooperatif numbered-head-together adalah
positif.
SARAN.
- Bagi guru bidang studi IPA untuk dapat menggunkan peta konsep dalam proses belajar mengajar dikelas dan disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan
- Bagi temen sejawat sebagai observer yang akan melakukan penelitaian tindkan kelas hendaknya lebih mempertimbangkan ketelitian dalam penyusunan langkah-langkah dalam prosedur PTK
DAFTAR PUSTAKA
·
Depdiknas.
2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains Sekolah
Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, Jakarta: Depdiknas.
·
Depdiknas.
2004. Model-Model Pengajaran dalam Pembelajaran Sains (Materi Pelatihan
Terintegrasi Sains). Jakarta: Depdiknas.
·
Depdiknas.
2004. Penulisan Karya Ilmiah (Materi Pelatihan Terintegrasi Sains).
Jakarta: Depdiknas.
·
Depdiknas.
2004. Penelitian Tindakan Kelas (Materi Pelatihan Terintegrasi Sains).
Jakarta: Depdiknas.
·
Depdiknas.
2005. Kurikulum 2004 Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis
Kompetensi Sekolah Menengah Pertama Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
Jakarta: Depdiknas.
·
DePorter,
Bobbi., Readon, Mark., dan Nourie, Sarah Singer. 2005. Quantum Teaching:
Mempraktikan Quantum Learning di Ruang Kelas. Bandung: Kaifa.
·
Nur, M.
1996. Konsep Tentang Arah Pengembangan Pendidikan IPA SMP dan SMU Lima Tahun
yang Akan Datang. Jakarta: Depdikbud Direktorat
·
Suharsimi.,
Suhardjono., dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara.
·
Tim
Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Perum Balai Pustaka.