Jumat, 06 Januari 2012

TERASERING HIJAUKAN LINGKUNGAN


TERASERING HIJAUKAN LINGKUNGAN

DI Ajukan Untuk Memenuhi Tugas  Mandiri
Mata Kuliah : Biologi konservasi
Dosen Pengampu : Ina Rosdiana L S.Si,M.Si
                          

 
                                                                                          


                            





Disusun Oleh :
ANDRI
NIM : 58461205

TARBIYAH /IPA-Biologi B/ VII
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON
2011

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Pendidikan yang baru dan termasuk paling penting pada masa sekarang ialah pendidikan lingkungan. Pendidikan tersebut berkaitan dengan pengetahuan lingkungan di sekitar manusia dan menjaga berbagai unsurnya yang dapat mendatangkan ancaman kehancuran, pencemaran, atau perusakan.
Islam adalah Diin yang Syaamil (Integral), Kaamil (Sempurna) dan Mutakaamil (Menyempurnakan semua sistem yang lain), karena ia adalah sistem hidup yang diturunkan oleh Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, hal ini didasarkan pada firman ALLAH SWT : “Pada hari ini Aku sempurnakan bagimu agamamu dan AKU cukupkan atasmu nikmatku, dan Aku ridhai Islam sebagai aturan hidupmu.” (QS. 5 : 3). Oleh karena itu aturan Islam haruslah mencakup semua sisi yang dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupannya. Demikian tinggi, indah dan terperinci aturan Sang Maha Rahman dan Rahim ini, sehingga bukan hanya mencakup aturan bagi sesama manusia saja, melainkan juga terhadap alam dan lingkungan hidupnya.

1.2  Rumusan Masalah

a.       Bagaimana kaitan al-quran dengan konservasi lingkungan
b.      Apa definisi terasering?
c.       Bagimana contoh aplikasi terasering dalam kehidupan lingkungan hidup?

1.3  Tujuan
a.     Mengetahui  kaitan al-quran dengan konservasi lingkungan
b.    Mengetahui definisi terasering?
c.     Mengetahui contoh aplikasi terasering dalam kehidupan lingkungan hidup?



BAB II
PEMBAHASAN
*    Kaitan Al-Quran Dengan Konservasi Lingkungan
Pelestarian alam dan lingkungan hidup ini tak terlepas dari peran manusia, sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana yang disebut dalam QS Al-Baqarah: 30 (“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.”…). Arti khalifah di sini adalah: “seseorang yang diberi kedudukan oleh Allah untuk mengelola suatu wilayah, ia berkewajiban untuk menciptakan suatu masyarakat yang hubungannya dengan Allah baik, kehidupan masyarakatnya harmonis, dan agama, akal dan budayanya terpelihara”. Di samping itu, Surat Ar-Rahman, khususnya ayat 1-12, adalah ayat yang luar biasa indah untuk menggambarkan penciptaan alam semesta dan tugas manusia sebagai khalifah.
Ayat ini ditafsirkan secara lebih spesifik oleh Sayyed Hossein Nasr, dosen studi Islam di George Washington University, Amerika Serikat.  dalam dua bukunya “Man and Nature (1990)” dan “Religion and the Environmental Crisis (1993)”, yang disajikan sebagai berikut Jelaslah bahwa tugas manusia, terutama muslim/muslimah di muka bumi ini adalah sebagai khalifah (pemimpin) dan sebagai wakil Allah dalam memelihara bumi (mengelola lingkungan hidup).
Allah telah memberikan tuntunan dalam Al-Quran tentang lingkungan hidup. Karena waktu perenungan, hanya beberapa dalil saja yang diulas sebagai landasan untuk merumuskan teori tentang lingkungan hidup menurut ajaran Islam.
Dua dalil pertama pembuka diskusi ini bersumber pada Surat Al An’aam 101 dan Al Baqarah 30.Dalil pertama adalah: “Allah pencipta langit dan bumi (alam semesta) dan hanya Dialah  sumber  pengetahuannya”. Lalu dalil kedua menyatakan bahwa manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Perlu dijelaskan bahwa menjadi khalifah di muka bumi itu bukan sesuatu yang otomatis didapat ketika manusia lahir ke bumi. Manusia harus membuktikan dulu kapasitasnya sebelum dianggap layak untuk menjadi khafilah.
Seperti halnya dalil pertama, dalil ke tiga ini menyangkut tauhid. Hope dan Young (1994) berpendapat bahwa tauhid adalah salah satu kunci untuk memahami masalah lingkungan hidup. Tauhid adalah pengakuan kepada ke-esa-an Allah serta pengakuan bahwa Dia-lah pencipta alam semesta ini. Perhatikan firman Allah dalam Surat Al An’aam 79:
“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan  Tuhan” Dalil ke empat adalah mengenai keteraturan sebagai kerangka penciptaan alam semesta seperti firman Allah dalam Surat Al An’aam, dengan arti sebagai berikut, “Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang..”Adapun dalil ke lima dapat ditemukan dalam Surat Hud 7 yang menjelaskan maksud dari penciptaan alam semesta, “Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,….Dia menguji siapakah diantara kamu yang lebih baik amalnya.”
Itulah salah satu tujuan penciptaan lingkungan hidup yaitu agar manusia dapat berusaha dan beramal sehingga tampak diantara mereka siapa yang taat dan patuh kepada Allah.
Dalil ke enam adalah kewajiban bagi manusia untuk selalu tunduk kepada Allah sebagai maha pemelihara alam semesta ini. Perintah ini jelas tertulis dalam Surat Al An’aam 102 yaitu, “..Dialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu”
Dalil ke tujuh adalah penjabaran lanjut dari dalil kedua yang mewajibkan manusia untuk melestarikan lingkungan hidup. Adapun rujukan dari dalil ini adalah Surat Al A’raaf 56 diterjemahkan sebagai berikut;“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepadaNya……..” Selanjutnya dalil ke delapan mengurai tugas lebih rinci untuk manusia, yaitu menjaga keseimbangan lingkungan hidup, seperti yang difirmankanNya dalam surat Al Hijr 19, ”Dan kami telah  menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.”
Dalil ke sembilan menunjukkan bahwa proses perubahan diciptakan untuk memelihara keberlanjutan (sustainability) bumi. Proses ini dikenal dalam literatur barat sebagai: siklus Hidrologi.Dalil ini bersumber dari beberapa firman Allah seperti Surat Ar Ruum 48, Surat An Nuur 43,
Surat Al A’raaf 57, Surat An Nabaa’ 14-16, Surat Al Waaqi’ah 68-70, dan beberapa Surat/Ayat lainnya. Penjelasan mengenai siklus hidrologi dalam berbagai firman Allah merupakan pertanda bahwa manusia wajib mempelajarinya. Perhatikan isi Surat Ar Ruum: 48 dengan uraian siklus hidrologi berikut ini. Hujan seharusnya membawa kegembiraaan karena menyuburkan tanah dan merupakan sumber kehidupan.
Surat Ar Ruum 48 Siklus hidrologi Mencakup proses evaporasi, kondensasi, hujan, dan aliran air ke sungai/danau/laut, Al-Qur’an dengan sangat jelas menjabarkannya. Evaporasi, adalah naiknya uap air ke udara. Molekul air tersebut kemudian mengalami pendinginan yang disebut dengan kondensasi. Kemudian terjadi peningkatan suhu udara, yang menciptakan hujan. Air hujan tersebut menyuburkan bumi dan kemudian kembali ke badan air (sungai, danau atau laut.
Ini dengan jelas digambarkan dalam Al-Qur’an surat ar-Ruum:48 yang berbunyi“Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hambahamba-Nya yang dikehendakinya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.”
Sebagai khalifah, sudah tentu manusia harus bersih jasmani dan rohaninya. Inilah inti dari dalil ke sepuluh bahwa kebersihan jasmani merupakan bagian integral dari kebersihan rohani.
Merujuk pada Surat Al-Baqarah 222; “….sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertobat, dan senang kepada orang yang membersihkan diri.” Serta Surat Al-Muddatstsir 4-5;  “..dan bersihkan pakaianmu serta tinggalkan segala perbuatan dosa.”
Meski slogan yang dikenal umum seperti “kebersihan adalah sebagian dari iman”, banyak diakui sebagai hadis dhaif, namun demikian, Rasulluah S.A.W. bersabda bahwa iman terdiri dari 70 tingkatan: yang tertinggi adalah pernyataan “tiada Tuhan selain Allah” dan yang terendah adalah menjaga kerbersihan. Jadi, memelihara lingkungan hidup adalah menjadi bagian integral dari tingkat keimanan seseorang. Khususnya beragama Islam.
Mengutip disertasi Abdillah (2001), Surat Luqman ayat 20 Allah berfirman, “Tidakkah kau cermati bahwa Allah telah menjadikan sumber daya alam dan lingkungan sebagai daya dukung lingkungan bagi kehidupanmu secara optimum. Entah demikian, masih saja ada sebagian manusia yang mempertanyakan kekuasaan Allah secara sembrono. Yakni mempertanyakan tanpa alasan ilmiah, landasan etik dan referensi memadai.”
Sumber Daya Lahan atau TanahManusia berasal dari tanah dan hidup dari dan di atas tanah. Hubungan antara manusia dan tanah sangat erat. Kelangsungan hidup manusia diantaranya tergantung dari tanah dan sebaliknya, tanahpun memerlukan perlindungan manusia untuk eksistensinya sebagai tanah yang memiliki fungsi. Allah SWT berfirman :
"Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuhan-tumbuhan yang baik? Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda kekuasaan Allah. Dan kebanyakan mereka tidak Beriman." (QS. 26 : 7-8) Dengan lahan itu manusia bisa membuat tempat tinggal, bercocok tanam, dan melakukan aktivitas lainnya.  Namun, pemandangan ironis di Indonesia terlihat cukup mencolok diantaranya penebangan hutan untuk ekspor (tanpa diikuti upaya peremajaan yang memadai) dan perluasan kota yang melebar, mencaplok tanah-tanah subur pedesaan. Polis berkembang menjadi metropolis untuk kemudian membengkak menjadi megapolis (beberapa kota besar luluh jadi satu) dan Ecumenopolis (negara kota). Akhirnya salah satu nanti akan menjadi Necropolis (kota mayat).
Penebangan hutan tanpa diikuti peremajaan kembali menyebabkan rusaknya tanah perbukitan sehingga terjadi bencana tanah longsor. Apalagi adanya kebakaran hutan di Indonesia semakin menyebabkan rusaknya ekologi hutan. Padahal keberadaan hutan sangat berguna bagi keseimbangan hidrologik dan klimatologik, termasuk sebagai tempat berlindungannya binatang.
Adanya pembangunan tata ruang yang kurang baik, seperti pembangunan kota dan perumahan, menyebabkan semakin sempitnya lahan pertanian yang subur. Selain itu, juga terjadi kerusakan tingkat kesuburan tanah yang disebabkan pemakaian teknologi kimiawi yang over dosis. Dan bahkan pemakaian pupuk kimiawi tersebut merusak ekosistem pertanian, diantaranya semakin resistensi dan resurjensinya hama dan penyakit tanaman. Sehingga hasil produksi pertanian pun menurun yang akhirnya berdampak pada kehidupan sosial-ekonomi penduduk.
Melihat kenyataan tersebut, mestinya perkara konservasi tanah dan lahan sudah merupakan suatu keharusan, condition sine qua non, demi berlangsungnya kehidupan manusia. Usaha yang dapat dilakukan antara lain reboisasi, perencanaan tata ruang yang baik (lahan subur untuk pertanian dan lahan tandus untuk industri atau bangunan), dan penerapan sistem pertanian yang ramah lingkungan (pertanian organik atau lestari).


*      Terasering
merupakan konservasi tanah atau pengawetan tanah yang dibuat sejajar garis kontour yang dilengkapi saluran peresapan,saluran pembuangan air, serta tanaman penguat terasbyang berfungsi sebagai pengendali erosi

*      Terasering Hijaukan Lingkungan
Merupakan salah satu alternatif untuk konservasi tanah dan lahan




         Seperempat abad silam, daerah sekitar Desa Mangkauk, Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, meranggas. Yang tersisa hanya semak belukar akibat pepohonan habis dibabat untuk ladang berpindah. Atas inisiatif Madroji yang memelopori pertanian lahan tetap dengan sistem terasering dan melakukan penghijauan, alam yang sebelumnya kritis berubah teduh dan hijau.



terasiring0911 






             Pepohonan besar, seperti sengon, angsana, mahoni, ketapang, jabon, karet, dan jati, kini menghiasi daerah itu. Di sekitar tempat tinggal Madroji, misalnya, terdapat pohon-pohon jati berumur enam tahun yang ditanam rapi berjajar atau pepohonan karet yang telah sekian kali disadap dan memberikan keuntungan bagi pemiliknya.
Sebuah bukit berjarak sekitar 2 kilometer yang dulu gundul, saat ini juga telah menghijau kembali. Bahkan, mata air di dalamnya bertambah dari sebelumnya hanya tiga buah menjadi 27 buah setelah dilakukan penggalian. Air dari bukit kemudian disalurkan ke perumahan warga menggunakan pipa paralon kecil. Sekarang air baru dinikmati 50-an rumah tangga. Rencananya, saluran pipa akan diperbanyak, tetapi masih terkendala keterbatasan biaya.

             Rumah Madroji sendiri tidak berbeda jauh dengan rumah warga lain, terbuat dari kayu dan berbentuk panggung. Di belakang rumah terdapat lahan pembibitan sekitar 1,5 hektare lengkap dengan media pembuatan pupuk organik. Di sebelah tempat pembibitan terdapat bangunan kecil yang dimanfaatkan sebagai Sekretariat Kelompok tani Alam Subur yang berdiri sejak 1990.Di sisi sekretariat kelompok tani terdapat kandang ternak kecil yang dilengkapi peralatan pembuatan biogas bantuan dari badan lingkungan hidup (BLH) setempat. Perangkat yang dipasang beberapa pekan lalu itu sudah dinikmati untuk memasak.
Menurut Madroji, diperlukan usaha keras untuk bisa seperti sekarang. Sebelum 1990, bapak sembilan anak ini masih berprofesi sebagai petani biasa yang bercocok tanam dengan cara ladang berpindah. Ketika suatu lahan tidak bisa ditanami akibat  kesuburannya berkurang, petani akan berpindah ke lahan lain. Begitu seterusnya.
         Jenuh dengan kondisi itu, ia kemudian berinisiatif menetap di salah satu lahan, seperti yang sudah dilakukan beberapa orang lain. Karena daerah Mangkauk, Kecamatan Pengaron, Kabupaten banjar, Kalimantan Selatan, merupakan wilayah pegunungan, lahan baru yang dibeli Madroji pun memiliki kontur tidak rata dan miring.Tidak mudah menaklukkan tanah yang permukaannya seperti itu. Apalagi ada keinginan agar kondisi lahan tetap subur dan terbebas dari erosi. Akhirnya, pria lulusan sekolah dasar ini pun membuat terasering pada lahan. Keberadaan terasering inilah yang kemudian membedakan cara bertani Madroji dengan petani lain.
            Komoditas yang ditanam saat itu adalah padi dan jagung dengan air mengandalkan dari hujan. "Alasan membuat teras, terutama terasering, dengan maksud untuk mengantisipasi erosi dan mempertahankan kesuburan tanah. Bagaimanapun saya berniat tidak lagi melakukan ladang berpindah. Jadi, kesuburan tanah mutlak dipertahankan," ucapnya.
              Awalnya, metode terasering ini dicemooh warga. Mereka ragu yang dikerjakan Madroji akan membuahkan hasil. Tanpa memedulikan cemoohan itu, Madroji terus berusaha hingga akhirnya mulai mendapat perhatian. Pada 1991, ia dipanggil oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Banjar untuk mengikuti pelatihan soal konservasi lahan di Sidoarjo, JAwa Timur, selama lima hari.
             Setahun kemudian, ia dikirim untuk mengikuti pelatihan serupa di Bogor, Jawa Barat, selama sepekan. Teori yang diperoleh dari pelatihan itu memperkaya pengetahuannya tentang pengolahan lahan kering. Ia pun akhirnya mengenal baik jenis teras yang lain, seperti teras individu dan teras bangku berikut cara pembuatannya.
Teras-teras itu pun diaplikasikan pada tanah dan jenis tanaman berbeda. Teras individu dimanfaatkan untuk menanam pepohonan besar pada lahan yang kemiringannya di atas 45 derajat, teras bangku untuk lahan yang kemiringannya 10-15 derajat, dan terasering sendiri untuk tanaman pangan di lahan yang kemiringannya kurang dari 45 derajat.
Seiring waktu, model terasering banyak diikuti warga lain. Saya sendiri berusaha mengajarkan kepada mereka bagaimana cara membuatnya," tutur Madroji yang  mengaku tidak pernah meminta imbalan atas jasanya tersebut.
Tidak hanya memelopori terasering, pada 1994 Madroji bersama kelompok lainnya juga melakukan penghijauan secara swadaya di lahan masyarakat. Bibit pohon berasal dari pemerintah, ia hanya menanggung bibit kekurangannya karena sebagian warga di pelosok biasanya tidak kebagian bantuan bibit dari pusat Tercatat ada 20.000 bibit yang ditanam pada tahun pertama reboisasi, seperti mahoni, sengon, dan jati. Jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Catatan BLH Kabupaten Banjar, luas reboisasi yang telah mereka lakukan mencapai 208 hektare. Madroji pun dikenal sebagai pelestari keanekaragaman hayati lantaran mempertahankan sejumlah bibit tanaman yang dianggap langka.
           Setelah hampir 10 tahun melakukan reboisasi swadaya bersama kelompok tani dan mampu menaklukkan tanah kering dengan cara terasering, akhirnya pada 2004 ia mulai dilirik perusahaan tambang batubara yang banyak terdapat di tempat itu. Setiap tahun, ada dua-tiga perusahaan yang meminta bantuannya guna mereklamasi bekas galian.
Seperti pada lahan umumnya, ia pun kerap menggunakan sistem terasering di lahan bekas tambang dan tentu saja ditambah perlakuan khusus untuk "menjinakkan" sisa batubara. Sudah ada sekitar 400 hektar bekas tambang yang direklamasi oleh perusahaan bersama Madroji.
          Meski sudah dilirik perusahaan tambang, pekerjaannya sebagai ketua kelompok tani tetap ia jalankan. Jabatan sebagai penyuluh kehutanan swadaya yang diberikan pemerintah daerah pada 2005 terus ia laksanakan. Dia tetap memberikan penyuluhan kepada petani dan warga yang tinggal di sekitar hutan.Ia juga kerap mengikuti berbagai kegiatan yang bersifat penyuluhan. Atas jasanya ini, pada 2011 dia menjadi salah satu dari dua warga Kalimantan Selatan yang diajukan oleh pemerintah daerah untuk mendapatkan penghargaan Kalpataru.
Manusia adkkkk j hbbalah m
BABbaba
                                                                  BAB III
                                         KESIMPULANk
  luk Allah yang me
 Terasering  merupakan konservasi tanah atau pengawetan tanah yang dibuat sejajar garis kontour yang dilengkapi saluran peresapan,saluran pembuangan air, serta tanaman penguat terasbyang berfungsi sebagai pengendali erosi.
Pelestarian alam dan lingkungan hidup ini tak terlepas dari peran manusia, sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana yang disebut dalam QS Al-Baqarah: 30 (“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.”…). Arti khalifah di sini adalah: “seseorang yang diberi kedudukan oleh Allah untuk mengelola suatu wilayah, ia berkewajiban untuk menciptakan suatu masyarakat yang hubungannya dengan Allah baik, kehidupan masyarakatnya harmonis, dan agama, akal dan budayanya terpelihara”. Di samping itu, Surat Ar-Rahman, khususnya ayat 1-12, adalah ayat yang luar biasa indah untuk menggambarkan penciptaan alam semesta dan tugas manusia sebagai khalifah.bahwa ini adalah alasan yang mungkin mengapa Allah menyebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur'an tentang petingnya lingkungan hidup dan cara-cara Islami dalam mengelola dunia ini. Kualitas lingkungan hidup sebagai indikator pembangunan dan ajaran Islam sebagai teknologi untuk mengelola dunia jelas merupakan pesan strategis dari Allah SWT untuk diwujudkan dengan sungguh-sungguh oleh setiap muslima yang memungBABABABkinkan ia dapat mencapai tingkat spiritualitas yang mulia. Pa         Aplikasi teraseing Seperempat abad silam, daerah sekitar Desa Mangkauk, Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, meranggas. Yang tersisa hanya semak belukar akibat pepohonan habis dibabat untuk ladang berpindah. Atas inisiatif Madroji yang memelopori pertanian lahan tetap dengan sistem terasering dan melakukan penghijauan, alam yang sebelumnya kritis berubah teduh dan hijau nyalah ia memperoleh kedudukan sebagai leader (khalifah), pemimpin dibumi ini (QS 2: 30). Ia berhak memimpin dunia dengan satu motivasi yaitu sebagai Pengabdi (abid) pada san


DAFTAR PUSTAKA
Ø  Yusuf Al Qaradlawi, Dr. 1997. Fiqih Peradaban : Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan. Surabaya. Dunia Ilmu. Hal.183
Ø  Abdul Majid bin Aziz Al-Qur'an Zindani (et. Al-Qur'an.). 1997. Mujizat Al-Qur'an dan As-Sunnah Tentang IPTEK. Jakarta. Gema Insani Press. Hal. 194
Ø  Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. Hal. 849.
Ø  Otto Soemarwoto. 1997. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta. Djambatan. Hal. 59.

BUNGA BANGKAI


1              BUNGA BANGKAI
Titan-arum1web.jpgKingdom         : Plantae
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Liliopsida
Ordo                : Alismatales
Family             : Araceae
Genus              : Amorphophallus
Spesies            : Amorphophallus titanium
 
Bunga bangkai atau suweg raksasa atau batang krebuit (nama lokal untuk fase vegetatif), Amorphophallus titanum, merupakan tumbuhan dari suku talas-talasan (Araceae) endemik dari Sumatera, Indonesia, yang dikenal sebagai tumbuhan dengan bunga (majemuk) terbesar di dunia, meskipun catatan menyebutkan bahwa kerabatnya, A. gigas (juga endemik dari Sumatera) dapat menghasilkan bunga setinggi 5m. Namanya berasal dari bunganya yang mengeluarkan bau seperti bangkai yang membusuk, yang dimaksudkan sebenarnya untuk mengundang kumbang dan lalat penyerbuk bagi bunganya. Banyak orang sering salah mengira dan tidak bisa membedakan bunga bangkai dengan "Rafflesia arnoldii" mungkin karena orang sudah mengenal bahwa Rafflesia sebagai bunga terbesar dan kemudian menjadi bias dengan ukuran bunga bangkai yang juga besar.
 
Tumbuhan ini memiliki dua fase dalam kehidupannya yang muncul secara bergantian, fase vegetatif dan fase generatif. Pada fase vegetatif muncul daun dan batang semunya. Tingginya dapat mencapai 6m. Setelah beberapa waktu (tahun), organ vegetatif ini layu dan umbinya dorman. Apabila cadangan makanan di umbi mencukupi dan lingkungan mendukung, bunga majemuknya akan muncul. Apabila cadangan makanan kurang tumbuh kembali daunnya.



 
Bunganya sangat besar dan tinggi, berbentuk seperti lingga (sebenarnya adalah tongkol atau spadix) yang dikelilingi oleh seludang bunga yang juga berukuran besar. Bunganya berumah satu dan protogini: bunga betina reseptif terlebih dahulu, lalu diikuti masaknya bunga jantan, sebagai mekanisme untuk mencegah penyerbukan sendiri. Hingga tahun 2005, rekor bunga tertinggi di penangkaran dipegang oleh Kebun Raya Bonn, Jerman yang menghasilkan bunga setinggi 2,74m pada tahun 2003. Pada tanggal 20 Oktober 2005, mekar bunga dengan ketinggian 2,91m di Kebun Botani dan Hewan Wilhelma, Stuttgart, juga di Jerman. Namun demikian, Kebun Raya Cibodas, Indonesia mengklaim bahwa bunga yang mekar di sana mencapai ketinggian 3,17m pada dini hari tanggal 11 Maret 2004. Bunga mekar untuk waktu sekitar seminggu.
Bunga bangkai sekarang telah tersebar di berbagai tempat di penjuru dunia, terutama dimiliki oleh kebun botani atau penangkar-penangkar spesialis. Di Amerika, bunga yang muncul seringkali diberi julukan atau nama tertentu dan selalu menarik perhatian banyak pengunjung. Uniknya banyak pengunjung datang untuk "menikmati bau"nya.